Total Tayangan Halaman

Jumat, 25 Mei 2018

Inilah Hasil Scan Otak Pecandu Pornografi Yang perlu kamu Ketahui




Tim peneliti dari Universitas Cambridge melakukan scanning otak dari pria berusia antara 19 sampai 34 tahun yang merasa kecanduan pornografi.

Apakah otak mereka menunjukkan kesamaan dengan otak seorang pecandu lainnya (narkoba, dll)?
Gambar pemindaian laboratorium menunjukkan bahwa menonton film-film 'dewasa' situs dapat mengubah otak manusia sehingga dapat menyebabkan perubahan dalam selera seksual.Seorang dokter melihat hasil scan otak pecandu heroin.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai pecandu film-film porno mengalami perubahan di area otak, sama dengan para pecandu narkoba.

Psikiatris syaraf dari Universitas Cambridge, Dr Valerie Voon, baru-baru ini juga menunjukkan bahwa pria yang mengaku sebagai pecandu berat video porno mengalami perubahan di daerah otak yang, sama dengan perubahan yang dialami oleh para pecandu narkoba.

Pada pertengahan 1990-an, Dr Voon dan psikiater lainnya, mulai menemukan beberapa paradoks yang aneh.

Laki-laki dewasa yang pernah melihat tayangan video porno merasa bosan dengan adegan yang itu-itu saja.

Tapi, seiring berjalannya waktu, mereka banyak yang akhirnya justru terjebak dalam kelamnya dunia porno.

Semakin dilihat, semakin ketagihan.



Meskipun kecanduan, para pecandu sebenarnya tidak menyukai film-film porno.

Video porno yang tadinya hanya dijadikan “pemancing” untuk meningkatkan gairah dengan pasangannya yang sah, justru berbalik.

Mereka malah memperoleh selera seksual yang baru melalui adegan-adegan yang terus berubah dengan aktor dan artis yang beragam.

Orang-orang sering beranggapan bahwa kecanduan pornografi hanya masalah kuantitatif.
Mereka menonton terlalu banyak, dan harus segera dikurangi frekuensinya.

Kecanduan porno sebenarnya juga memiliki komponen kualitatif: mereka mengubah kecenderungan selera seksual seseorang.

Sampai saat ini, para ilmuwan percaya bahwa otak kita adalah fix, sirkuit-sirkuit saraf otak terbentuk dan tertanam sempurna ketika kita masa kecil.

Penelitian terbaru menunjukkan ternyata otak manusia bersifat "neuroplastic" sehingga dapat berubah.

Perubahan tersebut terjadi karena respons terhadap pengalaman kejiwaan yang dialami oleh seseorang secara berulang-ulang.

Secara sederhana, ada jalan-jalan kecil di otak kita yang akan terbentuk ketika suatu perilaku tertentu dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.

Ketika perilaku ini berhenti untuk waktu yang cukup lama, jalan-jalan kecil di otak ini akan berkurang dan menghilang.

Salah satu pendorong utama perubahan tersebut adalah pusat reward di bagian otak, yang biasanya “aktif” ketika seseorang berhasil mencapai sebuah prestasi.

Zat kimia di otak yang bernama dopamin dilepaskan untuk memberikan sensasi kepuasaan.
Dopamin juga dapat disekresikan pada saat gairah seksual mengebu-gebu dengan unsur “keterbaruan”.


Adegan porno yang begitu menggoda ditambah dengan pemeran wanita yang selalu baru, membuat pusat reward di otak bergeliat kencang.

Akibatnya, kecanduan film porno dapat mengubah selera seksual seseorang.

Banyak zat yang telah disalahgunakan untuk memicu sekresi dopamin.

Cara ini tidak natural dan dapat merusak sistem reward dopamin.

Dalam kasus kecanduan video porno, seseorang mendapatkan kenikmatan seks tanpa harus berhubungan dengan manusia real.

Alhasil, pusat reward yang ada di otak juga ikut berubah.



Setelah pusat reward berubah, seorang pecandu akan mencari kegiatan atau tempat yang dapat memicu pelepasan dopamin.

Sama halnya dengan pecandu narkoba yang sangat bersemangat melewati gang di mana mereka pertama kali mencoba kokain, pecandu film porno juga mendapat semangat yang sama ketika melihat komputer atau smartphone mereka.

Para pecandu ini tahu konsekuensi negatif yang mungkin akan menerpa mereka, tapi dorongan dalam diri mereka tak kuasa untuk dibendung.

Inilah sebabnya mengapa para pecandu bisa terus ketagihan meskipun mereka tidak lagi menyukainya.

Lebih buruk lagi, dari waktu ke waktu, sistem dopamin [1]  bisa menjadi rusak dan lebih "toleran" terhadap kecanduan tersebut.

Parahnya lagi seseorang bahkan membutuhkan lebih banyak stimulasi, dalam waktu yang singkat dan dilakukan terburu-buru, tak jarang bahkan harus digenjot habis-habisan untuk melampiaskan keinginannya.

Semua efek ini dapat mendorong perubahan selera seksual sampai ke titik yang sangat ekstrim.

Perubahan yang paling jelas dalam industri pornografi adalah bagaimana seks telah berubah menjadi tindakan agresif.

Karena toleransi terhadap rangsangan seksual terus berkembang, para pecandu tidak lagi puas dengan cara yang biasa-biasa saja.

Mereka mencari sesuatu yang lebih menantang.



Film porno sekarang ini banyak didominasi oleh adegan-adegan yang sudah di luar batas kewajaran; penyiksaan, hubungan lewat dubur, incest dll.

Situ-situs pornografi telah memicu "neo-seksuality" atau seksualitas gaya baru dimana fantasi-fantasi gila ditampilkan lewat layar kaca.

Selera seksual berubah dari masa ke masa.

Selera seksual juga berubah dari individu ke individu.

Selera seksual juga berubah dalam kehidupan pribadi seseorang.

Dari semua naluri kita, seksualitas mungkin yang paling plastik dan telah banyak berubah semenjak manusia diciptakan pertama kali.

Naluri seks diciptakan untuk menghasilkan anak dan keturunan. Kini, tampaknya hal itu telah rusak dan menyimpang dari tujuan utamanya, sistem reproduksi.

Efek buruk lainnya dari kecanduan menonton film porno adalah mereka ingin pasangan mereka menjadi persis seperti yang ada di film.

Namun film hanyalah ilusi belaka dan fantasi semata.

Sangat sulit bagi mereka untuk benar-benar menemukan sosok sama seperti apa yang ditampilkan di dalam film.

Bercinta dengan seorang wanita yang merupakan pasangan sah dan halal memiliki manfaat positif dibandingkan dengan pelampiasan kepuasan seksual dengan menonton film porno atau melakukan masturbasi.

Oxytocin atau yang lebih dikenal dengan nama hormon cinta akan dihasilkan ketika dua orang sejoli sedang melakukan hubungan intim melalui pelukan, sentuhan, dan orgasme.
Di otak, oxytocin berkembang menjadi sebuah hubungan dalam sebuah ikatan sehingga menumbuhkan rasa saling percaya di antara kedua pasangan.

Berdasarkan sebuah studi, Oxytocin dihasilkan empat kali lebih banyak dibandingkan ketika seseorang sedang melakukan masturbasi.

Hal ini menolak penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak ada bedanya secara biologi antara solo sex dengan hubungan bercinta langsung.

[1] Apa Itu Dopamine?
Dopamine adalah sebuah neurotransmitter yaitu sebuah zat kimia yang dihasilkan oleh sel-sel syaraf untuk mengirim sinyal ke sel-sel syaraf lainnya. 

Dopamine inilah yang memainkan peran penting di otak manusia yang berhubungan dengan perilaku yang dipicu karena tercapainya sebuah kepuasaan. 

Masturbasi adalah salah bentuk perilaku yang dapat menghasilkan dopamine karena menciptakan efek kepuasaan setelah melakukannya.

Mengkonsumsi narkoba, berjudi, makan, bercinta adalah contoh-contoh perilaku lainnya yang dapat memicu keluarnya dopamine. 

Akibatnya, orang-orang yang melakukan aktivitas di atas merasa sangat bahagia.
Apalagi masturbasi, ini ibarat memberikan otak dengan asupan lezat pemicu dopamine. 
Tak heran, begitu banyak orang yang ketagihan dengan masturbasi. 

Sama seperti narkoba, semakin sering seseorang melakukannya, semakin sering seseorang terbiasa dengan dosis yang normal. 

Akibatnya, porsinya kemudian dinaikkan sedikit demi sedikit untuk mendapatkan feeling seperti pertama kalinya.




artikel dikutip dari :  http://www.islampedia.web.id

Tidak ada komentar: